-
Semua tantangan dalam kehidupan (keuangan, kesehatan, keluarga, kerja, dll) diijinkan Tuhan untuk membentuk karakter kita, supaya kita semakin menyerupai Kristus.
-
Semua berkat Tuhan dalam hidup kita (kesehatan, keuangan, jabatan, kuasa, terkenal, promosi, jodoh, dll) adalah batu ujian bagi karakter kita.
-
Penghalang terbesar bagi orang dunia untuk menikmati dan melihat Yesus bukan aniaya, tapi orang-orang Kristen yang karakternya buruk, tidak menunjukkan karakter Kristus.
-
Kita harus belajar lebih dulu melalui tantangan-tantangan. Saat sudah siap ujian, Tuhan akan mengirimkan ujian karakter.
-
Lulus ujian itu penting, tapi proses belajar dan pembentukan karakter lebih penting.
Core Value 3: Unggul/ Excellent (Kol 3:23)
-
Menyesal: seharusnya berbuat sesuatu, tapi tidak dilakukan.
-
Penyesalan adalah salah satu penyebab stress, kanker, bunuh diri, karena tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengubahnya.
-
Yang bisa kita lakukan untuk masa lalu: mengampuni diri sendiri.
-
Orientasi kita seharusnya bukan piala, tapi karakter dalam hidup: dioperasikan dengan sepenuhnya atau tidak.
-
Excellent bukan kesempurnaan, tapi kita harus mengejar kesempurnaan. Saat mengejar kesempurnaan, kita akan menerima unggul.
-
Tuhan hanya pantas menerima yang terbaik. Terbaik kedua (second best) tidak mempunyai tempat di surga
-
Semua orang ingin berhasil : belajar di sekolah, dalam keluarga, pelayanan, perusahaan, dll. Hizkia berhasil karena karakternya excellent (2Taw 31: 21)
-
Sema orang mempunyai nilai harga (price tag). Kualitas hidup seseorang berbanding lurus dengan komitmentnya untuk excellent – Vince Lombardi
-
Seseorang bisa sukses walau karakter tidak excellent. Tapi semua itu tidak akan bertahan lama, atau sukses dengan menyakiti orang banyak.
-
Masing-masing kita seharusnya jadi standart kualitas – Steve Jobs
-
4 hal yg menggerogoti sikap hidup yang excellent:
-
-
Orang yang mendewakan kuantitas. Kuantitas harus dibangun di atas kualitas. Fokus kita adalah membangun kualitas setiap jemaat. Musuh excellent bukan jelek, tapi baik. Orang yang puas dengan “baik” tidak akan bisa mencapai excellent.
-
Hidup asal-asalan. Semua rutinitas, tanpa persiapan, asal selesai, asal beres, tapi tidak memikirkan yang terbaik.
-
Suam-suam kuku. Tidak panas atau dingin, biasa saja.
-
Mengabaikan keterlibatan Tuhan. Saat gagal mencapai sesuatu tidak memeriksa apakah sudah berikan yang terbaik, tapi berdalih bahwa semua itu “maunya Tuhan”
-
Core Value 4: Tanggung Jawab / Responsibility (Mat 12:36)
-
Kecenderungan akibat dosa mencari kambing hitam (Kej 3: 6b, 4: 9)
-
Saat kita lahir baru, seharusnya tabiat “cari kambing-hitam” dibalikkan dangan berkarakter berani bertanggung-jawab.
-
Hanya diperlukan orang baik yang tidak berbuat apa-apa supaya kejahatan merajalela – Edmun Burke, USA
-
Bangsa Indonesia akan hebat jika setiap warganya mengambil tanggung-jawab, dan tidak saling menyalahkan. Gereja bisa hebat jika setiap jemaat mengambil tanggung- jawab. Keluarga bisa hebat jika setiap anggota keluarga mengambil tanggung-jawab
-
5 Ciri orang tidak bertanggung jawab :
-
-
Saat ada masalah, mencari siapa yang salah. Jika ada yang salah, jangan cari siapa yang salah, tapi apa yang salah.
-
Sulit meminta maaf
-
Suka memuji diri sendiri
-
Kurang peduli orang lain
-
Teologi fatalisme: melimpahkan semua tanggung-jawab kepada Tuhan, menganggap semua ketetapan Tuhan, padahal belum memberikan yang terbaik, belum introspeksi.
-
-
Untuk meraih hasil excellent diperlukan orang yang punya roh “mau menjadi tumbal” untuk keberhasilan saudara-saudaranya yang lain
Core Value 5: Inovasi / Innovation
-
Dalam segala hal selalu ada cara untuk mengerjakan dengan lebih baik. Carilah itu! – Thomas Alva Edison
-
Pernyataan bahwa “pengalaman adalah guru yang baik” adalah pernyataan yang salah. Tapi pengalaman yang sudah di-evaluasi adalah guru yang baik.
-
Sebelum Tuhan ciptakan kita, Tuhan sudah ciptakan apa yang seharusnya kita capai dalam hidup. Kita di-desain untuk mencapai tujuan itu (Ef 2:10)
-
Tuhan mendesain setiap kita berbeda-beda, untuk tujulan yang berbeda-beda.
-
Bagaimana membangun budaya yang inovatif
-
-
Tingkatkan naluri menyelesaikan masalah “problem solving instinct”. Pola pikir: Seandainya kita diberi kepercayaan, bagaimana kita mengubah jadi lebih baik.
-
Ciptakan budaya ingin tahu (curiosity). Jangan semua di-dikte-kan. Tidak ada orang yang tahu semuanya. Dunia berkembang karena orang ingin tahu.
-
Bangun organisasi yang pembelajar. Setiap anggota gereja harus bertumbuh dan suka belajar seperti jemaat di Berea, tidak asal kebaktian.
-
Kembangkan jiwa kewira-usahaan (enterpreneurship). Wira usaha: melihat semua potensi dan memaksimalkan, berdampak sebesar mungkin tanpa merugikan orang lain.
-
Melatih diri untuk bertanya “mengapa (why)” dan menemukan alternatif lain. Jika kita bisa jawab “”mengapa”, maka kita punya alasan untuk bisa meresponi dengan baik.
-
-
Hidupmu pendek! Jangan sia-siakan hidupmu hari ini dengan berusaha menjadi orang lain – Steve Jobs
-
Inovasi adalah pembeda antara pemimpin dan pengikut.
-
Kita didesain Tuhan untuk menjadi pemimpin. Apapun yang kita pegang jadi lebih baik, bukan untuk diri sendiri, tapi untuk semua orang.
-
Core value tidak akan tercipta dan ada manfaatnya, hanya dengan diajarkan atau memasang poster. Tapi harus dihidupi.
-
INGAT !!! Semua yang disampaikan ini untuk introspeksi, bukan untuk menghakimi orang lain